Beberapa
minggu lalu, aku dan juga penghuni Jambo unit satoe yang lain dapet tugas
kuliah bikin tulisan feature. Sederhananya, penulisan feature itu seperti nulis
fiksi dengan disertai fakta-fakta. Contoh paling gampang yang bisa kamu pahami
adalah ketika kamu baca tulisan tentang seseorang. Masih bingung juga? aku juga
bingung gimana cara jelasinnya.
Rambut panjang yang menghiasi laki-laki berkulit hitam itu
membuatnya terkesan seperti seseorang seniman jalanan, lelaki itu, sang
pengembara seni, memuat beberapa baris tinta, merangkumnya menjadi sebuah
informasi untuk khalayak, sang wartawan, itulah panggilan yang pantas untuknya.
Lelaki itu, dia kenal ketika pertama kali kakinya menginjak
kampus IAIN Ar-Raniry, lelaki itu, lelaki pertama yang mengajari dia arti
sebuah rasa, sebuah cinta, sebuah suka, awal pertama dia memulai kisah
perubahan jiwanya, menjadi lebih dewasa dalam menghadapi segala hal yang
datang. Lelaki itu seniornya dikampus, yang kemudian menjadi pengisi yang
dominan dalam kisahnya, wanita itu. semuanya dimulai karena lelaki itu.
Berperawakan kecil, berparas manis, berpipi tembem, dengan
bola mata besar bak wanita korea selatan, memulai kisah barunya, pertengahan 2009.
Awal baru dengan rasa baru didampingi lelaki itu disisinya.
Senyum itu tergaris dibibirnya, tawa itu menghiasi
hari-harinya, Dia bahagia, seperti halnya wanita beranjak dewasa lainnya, permulaan,
dia dan lelaki itu membina sebuah hubungan dengan kepercayaan, dan perhatian.
Dengan dipenuhi sebuah rasa kasih sayang diantara mereka.
Hanum, begitulah wanita itu akrab disapa, dia merupakan wanita
yang sangat energik, dalam segala hal, tak banyak yang tau malah seberapa dan
seperti apakah dia sebenarnya, dibalik sifat kekanakannya tersimpan seribu
kedewasaan walau tak semua orang menyadarinya.
Bulan itu terus berganti, sampai akhirnya dia patah hati,
lelaki itu, terlalu sibuk untuk menjadi sesorang yang dicintai, rasanya seperti berlari
mengikuti alur yang tak tekendali, dia, wanita yang tidak suka diabaikan berubah
menjadi wanita yang diabaikan oleh seseorang yang special dihatinya sendiri,
dia terluka dan kemudian terakhiri tanpa sadar dimanakah letak pertama akhir
itu dimulai. Lelaki itu pergi, jauh dari pandangannya, dan diapun terpuruk
dalam kekecewaan.
Kisah cintanya tak berujung menyenangkan, malah hal ini
semakin membawanya menjadi sesosok wanita kecil yang dewasa dalam setiap
tulisannya, tulisannya membawa jiwanya tersenyum walau dalam kepahitan, ketika
dia mencoba bangkit dengan sebuah kisah yang gagal bersama lelaki, lelaki
pujaanya.
Hari-hari dia, semakin sibuk, sibuk dengan dunianya yang
baru, Online, Blog, Facebook, Twitter, Mig33, dunia baru tempatnya berbagi yang
tak pernah dicuekin, dunia baru yang mudah untuk dia menumpahkan rasanya,
menjadi sebuah tulisan yang akan di comment dan di like oleh seluruh manusia di
dunia. Ditaburi dengan warna pink kesukaannya, hobi baru itu berjalan dan
membuatnya dikenal didunia mayanya, sampai akhirnya situasi membawanya menyukai
segala hal yang berhubungan dengan dunia mayanya.
Dia sibuk benar-benar sibuk, namun satu kata yang masih
tetap membuatnya tersenyum sinis terhadap dirinya sendiri, karena lelaki itu
masih menjadi bayangan dalam hidupnya, yang seolah-olah menghantui disetiap
jalannya arah yang dia tuju, lelaki itu, hadir dimana-dimana ketika dia mencoba
membuangnya jauh kepesisir pantai yang kosong tak berpenghuni. Lelaki itu
selalu tersenyum dengan indahnya, seolah tak menyadari hal dahulu, dia
tersakiti karenanya, senyumnya terus dilepaskan untuk dia, sampai dia takut,
dan menyalahkan dirinya sendiri, ”mungkinkah dahulu aku yang salah”, kata-kata
lelaki itu, yang dahulu terkubur menjelma kembali bak lautan Tsunami, iya,
lelaki itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, sehingga dia lupa kalau
dunianya masih terselipkan dia.
Awal semester V, seolah-olah mata kuliah Filsafat itu
menjadi tombak penghancur dengan keunikannya. Filsafat, mengajari cara
berfikir, seperti apa seharusnya berfikir itu, berfikir seperti apa yang
disebut dengan berfilsafat, unik, menarik, hal itu seolah berbanding terbalik
dengan keinginannya, Filsafat itu menjadi tonggak ketakutannya, lelaki itu,
iya, lelaki itu, berada disana, sebagai seniornya yang mengulang mata kuliah
tersebut, entah kenapa rasa tak ingin melihatnya itu lebih besar dari pada rasa
keingintahuan yang unik tentang filsafat itu sendiri, rasa malas bertemu
dengannya, dia, rasanya tertinggal, karena itulah yang mengacaukannya.
Tak cukup sampai disitu, kekacauan itu semakin datang
mengahampiri, dia berbalut embun dengan hatinya sendiri, entah rasa apa yang
tepat yang bisa dilukiskan tentang kekacauan yang terjadi, dia malu dan malas
keruangan belajarnya ketika lelaki itu datang lebih dulu dari dia, dia
malu dan malas,berjumpa dengan lelaki itu diruangan kelasnya, dia malu dan
malas ketika semua hal yang berhubungan dengan lelaki itu dekat dengannya, dia
malu sekaligus malas, dapatkah dilukiskan jikalau itu kemarahannya yang tak
terdeteksi? Dia bingung dengan dirinya sendiri, dia membuat bingung semua orang
disekitarnya, tapi satu yang pasti, dari sisi hati yang dalam, terselipkan satu
rasa suka yang mendalam untuknya dahulu, tersisa disana.
0 comments:
tinggalkaN komentar mU.... ^_^