Air mata mengembang dan
meleleh di pipi sampai aku dapat merasakan rasanya yang asin. Aku bahkan tak
percaya apa yang baru saja terjadi. Aku melangkah masuk kamar, berharap tak ada
seorang pun melihat kesedihan di mataku.
Semuanya berjalan baik-baik saja
selama satu tahun terakhir (bukannya aku menghitung-hitung), belum pernah aku
sebahagia ini. Tapi hari itu, tepat di hari ulang tahunku, semuanya berubah,
pesan singkatku di abaikan, berulang kali. Dan semuanya terasa nyata ketika
kubaca status mu di jejaring social bernama Facebook.
Aku ingin bertanya kenapa, aku
ingin beteriak padanya, aku ingin memeluknya, tapi tak ada yang bisa kulakukan.
Aku berbaring dan menangis sepanjang pagi sampai malam hari, merasa sangat kesepian, kesal, bingung, marah, tapi aku tak dapat membencinya.
I LOVE THE WAY YOU LIE but I HATE
THE WAY YOU WENT AWAY
Selama berminggu-minggu aku terus
menangis sampai tertidur, dan di pagi hari aku mencoba tersenyum hambar, berusaha
menutupi. Tapi ternyata, semuanya tahu.
Mereka. Orang-orang yang ku sebut “sahabat”
mencemaskanku, kurasa menreka mengira aku akan cepat pulih, lebih cepat dari
keadaanku sekarang.
Selama berminggu-minggu aku kesana
kemari seperti robot.memandang diriku di cermin selama berjam-jam,
mencari-cari apa yang salah pada diriku. Berusaha memahami kesalahanku, mencari
jawaban lewat cermin. Sampai akhirnya aku sadar. “jika aku jatuh cinta, aku
hanya akan terluka”. Kata-kata untuk menghibur diri walaupun tak banyak
membantu. Bahkan membuatku semakin mangasihani diriku sendiri.
Aku tak pernah bisa membencinya,
menyalahkan-nya atas masalahku yang memporak-porandakan hidupku. Aku ingin
kesedihanku berubah menjadi kemarahan sampai aku bisa melupakannya. Tapi aku tak
bisa, aku terus saja memikirkannya.
Tak lama kemudian ada sesuatu yang
berubah. Saat mengorek-ngorek dompetku dan menemukan fotonya. Aku menatap foto
itu beberapa menit, mengamati wajahnya seakan membaca sebuah buku. Buku yang
sudah ku baca sampai tamat dan sekarang harus kututup dan kusisihkan. Ku ambil
foto itu dan ku masukkan ke dalam laci mejaku yang berantakan.
Aku tersenyum sendiri saat kusadari
hal itupun bisa kulalukan di hatiku. Menyusupkannya di suatu tempat dan
meneruskan hidupku. Sekarang sudah waktunya memaafkan dan melupakan. Memaafkan diriku
sendiri atas sebagian rasa sakitku karena rasa bersalah.
Ibuku sering berkata “nak, ada dua
jenis manusia di dunia ini, yang pertama adalah manusia yang suka bermain
Engklek dan bernyanyi di kamar mandi,yang kedua adalah manusia yang terus di
kamar dan berurai air mata”. Sekarang aku mulai mengerti kalau manusia bisa memilih
untuk menjadi manusia yang mana. Dan kita adalah gabungan dari dua jenis
manusia itu.
Hari ini, setelah menulis aku akan keluar untuk
bermain Engklek dengan adikku, dan sorenya aku akan bernyanyi lebih nyaring dari
biasanya di kamar mandi.
0 comments:
tinggalkaN komentar mU.... ^_^