Fari Hanum

Perempuan, 20 Tahun

Banda Atjeh, Indonesia

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
| ::

Navbar3

Search This Blog

Kamis, 14 April 2011

Sejarah Perkembangan Humas (Hubungan Masyarakat)/ PR (public relations)

Terdapat kebingungan besar tentang apa PR atau Humas sebenarnya. Kebanyakan dari kita telah mengetahui, beberapa dari kita telah menggunakannya dan sedikit dari kita yang mengerti akan PR dan Humas tersebut. Meskipun demikian hal ini telah lama kita kenal – mungkin dengan nama lain.
          Hubungan masyarakat disebut juga public relations (PR) dengan ruang lingkup kegiatan yang menyangkut baik individu ke dalam maupun individu keluar dan semua kegiatan di selenggarakan dalam rangka pelakasanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga atau organisasi.
          Penerapan petama kali seni dari PR dan Humas yang dapat dicatat adalah pada saat Nabi Musa berdiri di tepian Laut Merah didampingi petugas PR-nya, dimana beratus-ratus orang Israel mengharapkan kepemimpinannya dan ribuan orang Mesir sudah menunggu dalam kereta perang mereka.
          “Apa yang akan kita lakukan sekarang?” Tanya petugas PR. Musa berpikir sesaat dan berkata,  “bagaimana kalau laut saya belah-dua sehingga membentuk jalan pintas ditengahnya dan kita dapat menyeberang, sesudah itu, apabila orang-orang Mesir itu berada di tengah jalan pintas tersebut, laut disatukan kembali sehingga menenggelamkan mereka semua?”
          Petugas PR berpikir keras selama beberapa waktu sampai akhirnya berkata, “hal itu tidak akan dapat dilakukan”. Ulasan yang ada pada Perjanjian Lama terdiri dari enam belas ayat dan mencakup kurang dari setengah halaman yang memperlihatkan bahwa petugas PR tidak terlalu optimis dalam melihat suatu kejadian, meskipun keajaibannya sudah terjadi.
             Asal mula hubungan masyarakat (Humas) sebenarnya dapat dilacak kembali pada permulaan peradaban manusia. Unsur-unsur dasarnya – memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasi masyarakat adalah landasan bagi masyarakat zaman dulu yang juga sama bagi masyarakat sekarang.
          Tujuan, teknik, alat dan standar etis berubah-ubah dengan berlalunya waktu. Para pemimpin suku primitif, misalnya berkepentingan memelihara pengawasan terhadap para pengikutnya melalui penggunaan kekuatan, intimidasi, atau persuasi. Jika semua ini gagal, maka hal-hal bersifat magis – totem (benda- benda keramat), taboo (hal-hal yang bersifat tabu), atau supranaturalisme juga digunakan. Usaha untuk mengawasi pendapat telah dipelihara secara nyata bahwa seseorang tidak mengembangkan rasa kesendiriannya. Evaluasi kepribadian merupakan suatu perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.
          Dengan ditemukannya tulisan, maka metode-metode persuasi pun berubah. Opini public sangat berperan dalam kehidupan setiap warga meskipun mungkin telah di atur oleh kekuasaan monarki yang sewenang-wenang.
          Dalam peradaban Mesir Kuno, para alim ulama adalah ahli-ahli opini public yang persuasi. Kebanyakan sastra dan senizaman dulu dipersembahkan untuk memberikan kesan kepada public mengenai sastrawan, dan para pemimpin lainnnya. Selanjutnya Iskandar Agung mengimpor gagasan tentang ketuhanan dari Timur ke Yunani. Dialah orang Barat pertama yang menyebut dirinya tuhan. Sementara itu Kaisar Romawi telah menggunakan muslihat ini untuk mensucikan kekuasaan politik melalui lambang ketuhanan.
          Perkembangan peradaban Yunani ditandai dengan suatu kecendrungan yang kuat ke arah sekularisasi dan individualisme, yang telah menganugerahi seseorang rasa kepribadian. Opini telah menjadi faktor kunci dalam kehidupan masyarakat. “Olympic Games”, “Dionysian Festival” dan upacara-upacara keagamaan lainnya telah menggalakkan saling tukar pendapat dan perkembangan semangat dan kesatuan nasional. Kota-kota di Yunani semakin mencerminkan opini public. Para pemimpin menjadi semakin sadar akan hubungan mereka dengan rakyat melalui apa yang dinamakan sekarang hubungan masyarakat (Humas).
          Orang-orang Romawi juga telah memiliki konsep opini public dan humas yang di ungkapkan dalam istilah-istilah: “rumores, vox populi, res publicae”  (yang diterjemahkan sebagai “peristiwa umum, akar kata dari, republik”) dan SPQR (Senate and the People of Rome = Dewan Kerajaan dan Rakyat Romawi). Cicero, tulisan bersejarah karya Julius Caesar, candi-candi, patung-patung, ukiran-ukiran, dan pampflet-pamflet mengenai zaman itu, semuanya merupakan media opini publik.
          Tiga belas abad telah berlalu runtuhnya kerajaan romawi pada tahun 475-an masa cerah pada abad 18. Selama zaman-zaman kegelapan ditandai dengan suatu gerakan duniawi yang menekankan hak-hak berpikir untuk meneliti alam dan masyarakat, maka landasan dunia modern telah diletakkan dengan penekanannya pada individu dan masyarakat. Reformasi suatu gerakan keagamaan menekankan hak-hak pada suara hati individual. Pada abad pertengahan, gereja dan Negara telah menjadi satu. Gereja telah memberikan acuan bagi opini publik, dan kekuatan serta kefektifannya bergantung pada aktivitas-aktivitas humasnya. Munculnya gilda-gilda di abad pertengahan dan memperkenalkan sebuah faktor baru yang mengembangkan opini  di luar gereja dan mengarah kepada perkembangan, pertama-tama bisnis kecil, baru kemudian perusahaan-perusahaan yang besar dan luas. Di Inggris perjuangan antara kaum bangsawan dan kerajaan telah menghasilkan Magna Carta (1215), yang telah menjadi landasan bagi “Bill of Right” (pernyataan hak-hak manusia).
          Dasar-dasar fungsi humas kini telah terlihat dalam revolusi Amerika, yang saat ini belum merupakan kemunculan yang popular dan spontan, tetapi merupakan suatu gerakan yang direncanakan dan dilaksanakan. Seorang ahli sejarah Amerika bernama Philip Davidson telah mencatat Jhon Adams, Josiah Quincy, Joseph Warren, Stephen Hopkins, Alexander Hamilton, Thomas Henry Lee, dan Francis Hopkinson sebagai ahli propaganda kenamaan di zaman kolonial.
          Tetapi munculnya demokrasi dan dimulainya konsep humas dapat diusut di Amerika Serikat sejak kepresidenan Andrew Jackson. Jika orang awam memenangkan pemungutan suara tanpa kualifikasi harta kekayaan, maka terwujudlah kelas menengah yang amat demokratis. Orang awam itu mulai berkepentingan dengan masalah yang menyangkut dirinya sendiri, maka menyusullah kebebasan pendidikan secara lebih meluas. Revolusi Industri telah mendukungnya secara nyata. Pada tahun 1813 pers yang dioperasikan secara manual, telah menggantikan jenis cetak zaman Gutenberg. Ketika Jackson menduduki jabatan kepresidenan pada tahun 1803-an, maka Amerika telah memiliki lebih banyak surat kabar daripada Negara-negara lain di dunia. Ben Day memunculkan majalah pertama bernama “new York sun” pada tahun 1833, menandai awal media massa.
           Selama tahun-tahun tersebut, Amerika telah menciptakan suatu masyarakat yang amat luas, saling bergantung, berproduksi massa, dan industrial di dalam masyarakat seperti itu, yang bekerja dengan tugas yang di spesialisasikan, telah menjadi bergantung pada dan di pengaruhi oleh fungsi-fungsi dari keseluruhan masyarakat itu.
          Fungsi humas yang spesifik selanjutnya telah berkembang dengan cara yang sedikitnya menerangkan statusnya. Waktu telah menyebabkan pengukuhan mengenai fungsi esensial dalam suatu masyarakat yang kompleks, tetapi seperti setiap profesi lainnya, humas berhubungan dengan pengumpulan informasi mengenai kepentingan public tertentu, pemahaman kebijaksanaan dari badan tertentu, dan penetapan kemampuan dari badan ini untuk mempertemukan kepentingan tadi.
           Dinamis, bergerak cepat dan selalu berkembang dalam setiap tindakannya adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan public relations (humas) di abad 21. Sangatlah tepat bila mengatakan bahwa kesempatan di dunia public relations belum pernah sebesar kesempatan di abad 21. Semakin banyak organisasi baik berupa Negara, keluarga kerajaan, dan produsen makanan cepat saji, serta aktivis lingkungan yang menyadari pentingnya komunikasi. Akibatnya, industri publik relations tumbuh pesat, dan komunikator professional melihat bahwa pengaruh mereka meningkat karena semakin banyaknya organisasi yang melihat arti penting komunikator.

Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
Abad ke-19            :PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang
                                 mandiri didasarkan pada perkembangan  Ilmu
                                 pengetahuan dan teknologi.
1865-1900             : Publik masih dianggap bodoh
1900-1918             : Publik diberi informasi dan dilayani
1918-1945             : Publik diberi pendidikan dan dihargai
1925                     : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
1928                     : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di
                                fakultas sebagai mata kuliah wajib.  Disamping itu
                                banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
1945-1968             : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
1968                     : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah
                                ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu.
                                Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1968-1979             : Publik dikembangkan di berbagai bidang,
                                pendekatan tidak hanya satu aspek saja
1979-1990             : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam
                                 perubahan mental dan kualitas
1990-sekarang       : a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang,
                                   sikap dan  pola perilaku secara nasioal/internasional
                                b. membangun kerjasama secara lokal, nasional,  internasional
                                c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
                                   Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi





Sejarah perkembangan Public Relations di Indonesia secara konsepsional terjadi pada tahun 1950-an. Kala itu berdiri organisasi HUMAS pertama kali di perusahaan perminyakan negara ( Pertamina). Peranan divisi HUPMAS ( Hubungan Pemerintah dan Masyarakat ) Pertamina ini sangat penting dalam upaya menjalin hubungan komunikasi timbal balik dengan pihak klien, relasi bisnis, perusahaan swasta/BUMN/Asing dan masyarakat.
Kemudian pada tahun 1954, secara resmi HUMAS diterapkan pada jajaran kepolisian. Dilanjutkan di berbagai instansi pemerintah dan perusahaan swasta pada tahun 1970-an.
Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of communication, maka istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya menyebarkan press release ke massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations. ((Onong U, Effendy. 1993. Human Relations dan Public Relationas. manda Maju.))
Bapak Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan public relations di Indonesia dalam 4 periode ((Ruslan Rosady. 1998. Manajemen PR & Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.)) sebagai berikut :

1. Periode 1 ( Tahun 1962 )
secara resmi pembentukan HUMAS di Indonesia lahir melalui Presidium Kabinet PM Juanda, yang menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian/divisi HUMAS. Dijelaskan pula garis besar tugas kehumasan dinas pemerintah adalah : Tugas strategis yaitu ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh pimpinan hingga pelaksanaaannya. Dan tugas taktis yaitu memberikan informasi, motivasi, pelaksanaaan komunikasi timbal balik dua arah supaya tercipta citra atas lembaga/institusi yang diwakilinya.


2. Periode 2 ( Tahun 1967 – 1971 )
Pada periode ini terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dalam pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
Tahun 1967, berdiri Koordinasi antar Humas Departemen/ Lembaga Negara yang disingkat “Bakor” yang secara ex officio dipimpin oleh pimpinan pada setiap departemen.
Tahun 1970- 1971, Bakor diubah menjadi Bako-humas (Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah ) yang diatur melalui SK Menpen No. 31/Kep/Menpen/tahun 1971. Yang menjelaskan sebagai institusi formal dalam lingkungan Departemen Penerangan RI. Bakohumas tersebut beranggotakan Humas departemen, Lembaga Negara serta unit usaha negara/BUMN. Kerjasama antara Humas departemen/institusi tersebut menitikberatkan pada pemantapan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam operasi penerangan dan kehumasan.

3. Periode 3 ( Tahun 1972 – 1993 )
Periode ini ditandai dengan munculnya Public Relations kalangan profesional pada lembaga swasta umum. Dengan indikator sebagai berikut:
1.     Tanggal 15 desember 1972 didirikannya Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia ( Perhumas ) sebagai wadah profesi HUMAS oleh kalangan praktisi swasta dan pemerintah. Seperti wardiman Djojonegoro ( mantan mendikbud), Marah Joenoes (mantan kahupmas Pertamina), dll

pada konvensi Nasional HUMAS di Bandung akhir tahun 1993 lahirlah Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas juga tercatat sebagai anggota International Public Relations Association ( IPRA) dan ASEAN Public Relations Organization (FAPRO).

2.    Tanggal 10 April 1987 di jakarta, terbentuklan suatu wadah profesi HUMAS lainnya yang disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public Relations ( APPRI ). Tujuannya adalah sebuah wadah profesi berbentuk organisasi perusahaan – perusahaaan public relations yang independen (konsultan jasa kehumasan ).

4. Periode 4 ( Tahun 1995 – sekarang )
Periode ini Public Relations berkembang di kalangan swasta bidang profesional khusus ( spesialisasi PR/HUMAS bidang industri pelayanan jasa). Dengan indikator sebagai berikut:
1)    Tanggal 27 November 1995 terbentuk Himpunan Humas Hotel Berbintang ( H-3). Himpunan ini diperuntukkan sebagai wadah organisasi profesi HUMAS bidang jasa perhotelan, berkaitan erat dengan organisasi PHRI ( Perhimpunan Hotel dan Restoran di Indonesia).
2)   Tanggal 13 september 1996 diresmikannya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan ( FORKAMAS) oleh Gubernur BI Soedradjad Djiwandono. Forum ini resmi bagi para pejabat HUMAS ( Public Relations Officer ), baik bank pemerintah ( HIMBARA), swasta ( PERBANAS), dan asing yang beroperasi di bidang jasa perbankan di Indonesia.
3)   Keluarnya SK BAPEPAM No.63/1996, tentang wajibnya pihak emiten (perusahaan yang go public) di Pasar Bursa Efek Jakarta ( BEJ) dan Bursa Efek Surabaya memiliki lembaga Corporate Secretary.
4)   Berdirinya PRSI ( Pulic Relations Society of Indonesia ) pada tanggal 11 november 2003 di Jakarta. ini menyerupai PRSA ( Public Relations Society of Amerika), sebuah organisasi profesional yang bergengsi dan berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi akreditasi PR Profesional (APR) di Amerika yang diakui secara internasional.
PRSI atau Masyarakat PR Indonesia (MAPRI) pertama kali dipimpin oleh August Parengkuan seorang wartawan senior harian Kompas dan mantan ketua Perhumas-Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian, kebersamaan, pemberdayaan serta pastisipasi para anggotanya untuk berkiprah sebagai PR professional dalam aktivitas secara nasional maupun internasional.

PARA PELOPOR HUMAS (HUBUNGAN MASYARAKAT)/ PR (PUBLIC RELATIONS)

       Ivy Lee adalah penasehat humas/ PR yang pertama meskipun tidak pernah menunjukkan dirinya sendiri. Ia telah membuka sebuah kantor publisitas Parker and Lee pada tahun 1930, dan tiga tahun kemudian menjadi pelayan pers dari pengelola batu-bata antrasit dan Pennsylvania Railroad. Pada tahun 1916 perusahaannya yang bergerak dengan dukungan humas modern, menjadi Lee, Haris, and Lee. Tiga tahun berikutnya ia bergabung dengan Thomas J. Ross untuk membentuk Ivy Lee dan T. J. Ross associates.
          Lee di hormati karena membuat dua petunjuk penting sebagai fungsi humas. Pertama, ia telah menemukan pentingnya memanusiawikan bisnis dan membawa humas turun ke kemasyarakatan di kalangan karyawan, pelanggan dan komunitas di sekitar perusahaan. Kedua, ia duduk di antara para top-eksekutif dan tidak melaksanakan program apa pun jika tidak mendapat dukungan aktif dan partisipasi pribadi dari manajemen. “Declaration of principle”-nya yang sekarang terkenal itu yang di sampaikan atas nama para pengelola batu-bara antrasit dalam suatu pemogokan buruh kepada pers, menyatakan keteguhan bahwa “Publik harus Diberi Informasi” (Public Be Informed).
          Awal tahun 1908, Hudson an Manhattan Railroad Company menyusun suatu pedoman kerja untuk mengatur hubungan dengan publiknya.
          Para praktisi humas pada tahun 1920-an telah mengakui bahwa humas seharusnya bukan hanya bertujuan untuk memberikan informasi kepada publik, tetapi juga untuk memelihara pengertian yang lebih baik dari sikap publik ke arah perusahaan, dan bahwa langkah-langkah yang positif harus di ambil untuk memperoleh pengertian adan itikad baik dari public. Fase ini dalam perkembangan humas telah dipelopori oleh Edwards Bernays, yang telah menciptakan istilah public relation counsel. Buku Bernays berjudul Crystalizing Public Opinion (1923)dan buku Walter Lippman berjudul Public Opinion (1922) telah menimbulkan pengaruh kuat pada bidang ini.
          Para pelopor lainnya adalah Carl Byoir, pendiri Carl Byoir and Assocites; Goerge Creel dan Committee on Public Informmationnya, dimana Byoir juga telah bergabung humas perusahaan tersebut di tahun 1930; Pendleton Dudley yang telah membentuk Dudley Anderson and Yutzy; paul Garrett, Jhon W. Hill yang telah mendirikan Hill and Knowlton; Louis McHenry Howe, penasehat humas untuk Franklin Roosevelt; Arthur Page, pengarang, editor, dan wakil president dari American Telephone and Telegraph Company (AT&T); james Selvage, yang telah membentuk Salvage and Lee, dan Thodore Vail, president direktur AT&T.
          Selama depresi ekonomi pada awal tahun 1930-an, pengertian dan itikad baik ke arah perusahaan yang telah dikembangkan oleh para penasihat humas selama tahun 1920-an, berbalik menjadi tidak percaya kepada perusahaan dan system perusahaan bebas. Paul Garrett adalah salah satu dari para manajer yang di pakai untuk memperbaiki citra publik. Pada tahun 1930 ia telah di pakai oleh General Motor Corporation sebagai orang pertama dalam departemen humas.      


  

Referensi:

2 comments:

tinggalkaN komentar mU.... ^_^