ELO.... GUE.... END.... ELO.... GUE.... END....

Dia pernah menjadi segalanya, untukku. Pernah menjadi seseorang yang penting dalam setiap keputusan hidupku. Tapi ternyata dia temukan dunianya. Dunia yang bisa lebih menghargainya. Dunia yang membuatnya lebih bahagia. Dan sekarang, dia bahagia dengan caranya. Dia berpikir apa adanya, menulis dengan jujurnya, tanpa ada gangguan dari pihak manapun. Termasuk aku.


Dia cerdas dalam hal apapun, dia bicara soal kehidupan, soal politik, soal agama. Tapi tidak soal rasa, cinta, dan segala persoalan yang sulit untuk di logikakan. Dengan begitu dia di cintai dan di puja banyak orang. Dia terkenal, dia milik dunianya, bukan milikku. 


Tidak ada rasa cinta tanpa perbedaan pendapat. Adanya kontradiksi bukan berarti ketidak-bahagiaan seperti hal-nya tidak adanya kontradiksi bukan tanda kebahagiaan. Tapi Kita tertarik pada hal yang bebeda diluar pribadi kita. Dan Itu yang membuat elo… gue…. end…. 


Yang mematikan api itu air. yang mematikan cinta adalah kekasaran. Kekasaran itu ketidak-pedulian dan pengabaian. tapi aku selalu bersyukur, setidaknya pertemuan itu pernah ada walaupun perpisahanlah yang jadi akhir dari pertemuan kita.